Minggu, 14 Agustus 2011

Passage to manhood.

HAK ASASI MANUSIA

Sunat lelaki merupakan tradisi yang masih diikuti oleh  sebagian besar masyarakat Filipina.Tapi dengan makin meluasnya  pemahaman tentang Hak Asasi Manusia (HAM), maka ada sebagian kalangan di Filipina yang mulai menilai kembali perlu-tidaknya melakukan sunat pada lelaki. Para penganjur HAM itu berpendapat bahwa kulup anak adalah hak pribadi anak. Jadi, apakah kulup itu akan dipotong [disunat] atau tidak itu harus diputuskan sendiri oleh anak itu setelah dia dewasa. Beberapa keluarga kaya Filipina menunda penyunatan anak laki-laki mereka sampai setelah mereka dewasa. Agar anak-anak itu tidak diganggu atau diejek teman-temannya karena mereka belum sunat, anak-anak itu disekolahkan di luar Filipina. Anak atau pemuda yang menunda sunatnya ini, kelak baru menentukan akan sunat atau tidak setelah mereka berumur 18 tahun. Jika mereka memutuskan akan sunat maka mereka akan mengikuti acara sunat remaja atau disebut teen circumcision. Acara sunat renmaja ini diselenggarakan  oleh perkumpulan remaja, klub remaja - bahkan juga organisasi olah raga.

Waktu aku berada di Manila aku sempat menghadiri acara Teen Circumcision atau Sunat Remaja itu yang diselenggarakan oleh suatu perkumpulan bina raga.Acara itu dimaksudkan untuk remaja di atas 15 tahun dengan persyaratan sudah berjembut, sudah berbulu ketek, dan sudah keluar mimpi basah [keluar pejuh]. Sunat di Filipina dianggap sebagai suatu proses menjadi lelaki dewasa atau passage to manhood.

PEMERIKSAAN AWAL

Pada hari yang sudah ditentukan, aku bersama Julian - seorang Filipino - datang ke suatu gym. Hari itu gym ditutup, hanya mereka yang memang berhak hadir yang boleh masuk.Aku boleh masuk, karena aku datang bersama Julian.Julian adalah seorang dokter muda yang selama masih mahasiswa sudah sering menyunat anak lelaki dan lelaki dewasa dalam kerja sosial sunatan masal. Para mahasiswa, organisasi keagamaan,dan militer Filipina sering mengadakan acara sunatan masal sebagai kerja sosial. Kerja sosial ini dimaksudkan untuk mengurangi penderitaan anak-anak miskin dan anak-anak pedesaan waktu disunat. Sebab, sunat tradisional dilakukan dengan cara memotong kulup begitu begitu saja dengan pisau yang dikhawatirkan dapat berakibat perdarahan dan infeksi. Julian sudah biasa menyunat baik dengan laser, dengan gomco clamp, maupun dengan  freehand tehnique -  dengan atau tanpa anestesi. Julian juga bisa menyunat cara tradisional yang terkenal luar-biasa sakitnya itu.

Ketika aku datang bersama Julian di lokasi, sudah ada tiga pemuda remaja Filipino yang sudah telanjang-bulat karena akan disunat.Itulah saat terakhir kontol mereka berkulup, setelah itu kulup mereka akan dipotong dan dibuang. Pemuda-pemuda itu diperiksa dulu kesehatannya sebelum disunat. Pemuda Filipino umumnya sangat percaya diri. Sepanjang mereka sudah sunat, mereka tidak ragu telanjang-bulat di hadapan sesama laki-laki. Bahkan sebagian di antara mereka ada juga yang tidak ragu telanjang-bulat di hadapan lawan jenis. Itulah sebabnya kontes yang melombakan keindahan tubuh dan wajah lelaki di Filipina biasanya ada nomor atau  peragaan dimana peserta tampil untuk dinilai dalam keadaan telanjang-bulat.

Waktu Julian datang,ketiga pemuda telanjang itu kelihatannya sudah kenal Julian. karena mereka langsung saling menyapa.Julian segera melaksanakan tugasnya memeriksa kesehatan ketiga pemuda itu. Ketiga pemuda itu bergantian diperiksa sambil berdiri saja - telanjang bulat. Julian memeriksa dan meraba-raba bagian-bagian tubuh para pemuda itu.Kemudian, pemuda itu di suruh mengangkang dan menjejakkan kedua kakinya kuat-kuat ke lantai.Kedua tangannya diangkat ke atas,sehingga seakan-akan tubuhnya membentuk huruf X dan kami yang hadir dapat melihat dengan mata-kepala kami sendiri pola pertumbuhan dan kelebatan bulu ketek pemuda itu.Tanpa ragu kulihat Julia mengocok-ngocok kontol pemuda yang sedang diperiksa itu - setelah lebih dulu telapak tangannya disapu dengan sabun basah. Aku lihat kontol pemuda itu makin tegang dan makin tegang, kepala kontolnya jadi merah ungu dan berkilat-kilat. Julian terus saja mengelus dan merangsang kontol pemuda itu. Sekali-sekali Julian meraba-raba kedua puting susu pemuda itu dan menekan panggul pemuda itu dengan tangannya di kiri dan kanan ke arah dalam, sehingga pemuda itu menggelinjang. Pemuda itu tampak mulai gelisah dan tak lama kemudian pejuh pemuda itu muncat keluar dari lobang kencingnya CROOOT! CROOOT! CROOOT!  Pejuhnya terlempar ke udara berupa lemparan atau pancaran lendir putih.  Pemuda itu tidak tampak malu - biasa saja - Julian menyuruh pemuda itu menurunkan kedua tangannya dan mengatakan bahwa pemeriksaan kesehatan sudah selesai dan bahwa kulup pemuda itu sudah bisa disunat hari itu.

PENYUNATAN TANPA SUNTIKAN BIUS

Rupanya hari itu hanya ketiga  pemuda itu yang akan disunat. Oleh karena itu setelah ketiganya diperiksa kesehatannya dan dikeluarkan pejuhnya, satu per satu mereka bergantian. disunat.Pemuda yang akan disunat disuruh duduk di atas meja yang diletakkan dekat dinding dan pemuda itu menyandarkan punggungnya  ke dinding.Kedua tangannya terangkat ke atas di borgol di dua mata besi yang ada di tembok. Kedua kakinya di borgol di dua kaki-kaki meja. Kontol pemuda itu - berlatar belakang jembutnya yang hitam, lebat dan tumbuh luass - seakan terpapar [exposed] di atas meja. Julian mencuci tangannya kemudian mengeringkannya dengan udara dan mengenakan sarung tangan karet. Kemudian dia membersihkan kontol,jembut, biji peler, dan paha pemuda itu dengan cairan coklat dan putih. Selanjutnya, Julian mengajarkan pemuda itu cara mengatur nafasnya. Sewaktu pemuda itu sedang melatih mengatur nafas,  tak berapa lama kemudian aku lihat- tanpa ampun - Julian menjepit kulup pemuda itu dan mulai mengguntingnya.Bersamaan dengan itu terdengar teriakan kesakitan pemuda itu keras sekali :

"HAAAAAGH! HAAAAAAGH!" 

Tapi Julian tenang saja dan meneruskan pekerjaannya sampai seluruh kulup pemuda itu selesai dan habis terpotong [terkudung] semua. Pemuda itu tampak lemas dan tubuhnya berkilat-kilat akibat cucuran keringat yang membanjir. Tapi dia tidak pingsan. Setelah penyunatan selesai, pemuda itu dibantu untuk bangkit, diberi minum,  dan dibimbing dalam keadaan telanjang bulat. Lalu ia dibaringkan di lantai tanpa alas - masih telanjang bulat - untuk mengurangi rasa sakit di luka kulupnya. Kedua pemuda yang lain tampak pucat dan ketakutan melihat proses penyunatan sadis itu ... [Ha..Ha..Ha...]

POST SCRIPTUM

Cerita ini ditulis dalam Bahasa Samoa [Gagana Samoa] kemudian diterjemahkan ke dalam Bahasa Inggris dan Bahasa Blog ini.


[KERISTOFO'ORI RINALETO - CRISTOFORI RINALDO]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar